Taufik Wijaya - detiksport
Palembang - Menjadi tuan rumah SEA Games XXVI, banyak hal yang harus dihadapi pemerintah Sumatra Selatan. Selain soal target pembangunan venue, juga berbagai persoalan di balik pembangunan fasilitas penunjang, seperti isu dugaan korupsi, ruang publik, lingkungan hidup, dan SARA.
Gubernur Sumsel Alex Noerdin memberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut. Misalnya, soal pembangunan venue, Alex mengatakan saat ini sedikitnya 3.000 pekerja yang dibagi dalam beberapa shift bekerja selama 24 jam nonstop dalam membangun venue di Jakabaring Sport City (JBC), Jakabaring, Palembang.
“Para pekerja bekerja siang malam tidak mengenal lelah. Para pekerja tidak kendor semangatnya meskipun ada beberapa pemberitaan negatif tentang SEA Games,” kata Alex dalam coffee morning dengan pemimpin redaksi media massa lokal dan koresponden media nasional di Hotel Aryaduta, Palembang, Minggu (08/05/2011) kemarin.
Persiapan SEA Games juga dihantam kasus korupsi yang melibatkan sekretaris Menpora Wafid Muharram, yang kini ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi, terkait suap pembangunan Wisma Atlet. Alex memastikan kasus itu tidak memengaruhi pekerja dan kualitas bangunan.
“Pekerja mengaku masih tetap semangat, dan kasus itu tidak akan memengaruhi kualitas karena ada pengawas, kontraktor harus membangun sesuai spesifikasi. Setoran fee pada oknum pejabat itu mengurangi keuntungan kontraktor saja bukan kualitas bangunan,” jelas Alex seraya menambahkan bahwa pembangunan venue akan mencapai 95 persen pada Juli 2011 mendatang.
Mengenai isu lingkungan, Alex menjelaskan penyelenggaraan SEA Games 2011 justru mendorong kepedulian akan lingkungan hidup. Buktinya, di kawasan JBC akan ada ruang terbuka hijau seluas 16 hektar.
Sementara terkait dengan isu SARA terkait pembangunan RS Siloam yang menyebutkan merupakan misi agama tertentu, Alex merasa hal itu harus diluruskan.
“RS Siloam itu kan sudah dibangun di Makassar, Surabaya, Jambi dan pusatnya di Jakarta. MUI di sana saja tidak pernah ribut mengapa di sini jadi masalah,” katanya.
Dia menyebut dengan berdirinya RS Siloam, nantinya masyarakat Sumsel tidak perlu berobat sampai ke luar negeri seperti Singapura atau Malaysia karena standar RS Siloam sama dengan RS internasional di negara maju.
Menurut Alex, ada isu yang menyebutkan dirinya menumbuhkembangkan agama Kristen.
“Saya balik bertanya apa yang mereka lakukan untuk pengembangan agama Islam, memajukan ekonomi umat Islam hingga mampu bersaing. Mari kita lakukan sama-sama agar kita umat Islam pun memiliki kekuatan ekonomi dan ilmu pengetahuan tinggi,” ujarnya.
Akibat pemberitaan, pembangunan RS Siloam berhenti beberapa saat.
“Dalam satu bulan mereka itu bisa bangun tiga lantai. Kalau berhenti satu bulan maka tiga lantai terlambat dibangun. Karena itu saat berlangsungnya SEA Games mendatang mereka mengaku hanya mampu membuka Unit Gawat Darurat (UGD) saja, padahal target sebelumnya RS delapan lantai itu selesai,” kata Alex yang mengingatkan sekali lagi agar masyarakat tidak menyinggung soal SARA.
“Boleh mengritik saya tentang apapun atau membuat isu saya punya beberapa istri misalnya. Namun jangan singgung SARA,” katanya.
Lebih jauh Alex menyebutkan pada tahun depan, Sumsel mendapat bantuan 1.200 bed untuk Rumah Sakit dari Pemerintah.
“Itu sudah kita bagi di RS Khadijah, RS Muhammadiyah, RSMH dan RS lain di daerah,” katanya.
( tw / arp )