Indonesia Malaysia

Hubungan Indonesia Malaysia yang akhir-akhir ini semakin memanas akhirnya Presiden Susilo Bambang mengeluarkan pernyataan terkait. Untuk menyelesaikan masalah dengan negara tetangga itu, Presiden SBY menyatakan akan selalu mengedepankan cara-cara damai dan diplomasi.

Dalam pernyataannya Presiden SBY mengatakan, kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, malah menambah masalah yang ada. "Cara menangani hubungan Indonesia dan Malaysia akan disimak dan diikuti negara sahabat di dunia internaisonal," ujar Presiden SBY saat memberi penjelasan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (1/9) malam.

Selain itu, Presiden SBY juga mendesak persoalan batas negara dengan Malaysia harus diselesaikan dengan segara. "Perundingan batas wilayah harus dipercepat dan efektifkan pelaksanaanya," ucap Presiden.

Hubungan Indonesia Malaysia yang memanas berawal di Perairan Bintan, 14 Agustus silam, ketika tiga petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ditangkap polisi Diraja Malaysia. Tuduhannya, menculik nelayan Malaysia. Ketiga petugas itu masing-masing Astriadi, Erdan, dan Selvo Wewengkang. Insiden itu terjadi sesaat setelah ketiga petugas KKP menangkap tujuh nelayan Malaysia yang diklaim kepergok memalingi ikan di perairan Indonesia.

Akhirnya pada 17 Agustus, tiga petugas KKP akhirnya dibebaskan. Tujuh nelayan Malaysia juga telah dideportasi ke Malaysia. Tapi cerita tak cuma sampai disitu. Berbagai unjuk rasa marak di sejumlah wilayah di Tanah Air memperotes tindakan polisi Malaysia. Tidak cuma unjuk rasa, kemarahan bahkan diikuti tindakan yang kurang simpatik. Mulai dari membakar bendera Malaysia hingga melempar Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta dengan kotoran seraya meminta Negeri Jiran meminta maaf. Alih-alih meminta maaf, Malaysia justru malah terhina oleh aksi-aksi itu.

Dan Presiden SBY sendiri telah mengirimkan nota protes kepada Malaysia atas penangkapan itu. Apalagi, kabarnya ketiga petugas KKP diperlakukan sama dengan tahanan lain, seperti diborgol. Namun, nota protes yang dikirimkan pada 28 Agustus lalu itu hingga kini 1 September belum juga mendapatkan jawaban.